Selasa, 25 Oktober 2016

JURNAL PENGARUH GANGGUAN GAGAP (Stuttering) DALAM BERKOMUNIKASI



PENGARUH GANGGUAN GAGAP (Stuttering)
DALAM BERKOMUNIKASI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah  Psikolingustik
Dosen Pengampu : Drs. Tatang, S. M.Hum




Disusun oleh:
Eva Pratiwi (1401324)
Muhammad Iqbal Jamaluddin (1403695)
Siti Marwah Mutiara (1404829)
Haifa Amany S. (1407087)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016





PENGARUH GANGGUAN GAGAP (Stuttering)

DALAM BERKOMUNIKASI
(Di Tinjau dari Studi Psikolingustik)
(Eva Pratiwi, Muhammad Iqbal Jamaludin, Siti Marwah Mutiara,
Haifa Amany S.)

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode desain deskriptif kuantitatif yang dimana peneliti memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah didapatkan kemudian diolah menjadi sebuah data. Dalam penelitian ini objek penelitian mengalami gangguan gagap sejak ia duduk di kelas 3 SD, objek penelitian mengalami gangguan dengan tipe gangguan sementara atau gangguan ringan, yang disebabkan oleh faktor psikologis objek peneliti dengan tandanya objek kesulitan dalam mengucapkan kata atau suku kata dan terbata-batanya objek penelitian dalam berbicara. Oleh karena itu dengan sering melakukan latihan berbicara atau melakukan terapi kepada ahli spesialis gangguan gugup guna mengurangi gangguan gugup dalam bicara.
Kata kunci : Gangguan gagap, komunikasi, gangguan ringan, faktor psikologis

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena dengan bahasa manusia mampu berkomunikasi dan bekerjasama[1]. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Secara teoritis proses berbahasa dimulai dengan enkode semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Enkode semantik dan enkode gramatika berlangsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai dari otak lalu diteruskan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan sistem syaraf otak bicara. Ketiga enkode tersebut berkaitan dalam kegiatan produksi bahasa seseorang, yang juga berkaitan erat dengan hubungan antara otak dan organ bicara seseorang.
Manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun, mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif (menerima tanggapan dari orang lain). Jadi, kemampuan berbahasa terganggu.
Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengardan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang berasal dari anak dan faktor ekstrinsik yang berasal dari lingkungan. Faktor intrinsik adalah kondisi pembawaan setiap individu sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor ekstrinsik menjelma berupa stimulus yang ada di sekeliling individu terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa.
Penelitian ini akan membahas dan mendeskripsikan pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi yang terjadi pada individu atau seseorang dari penyebab terjadinya, karakteristik atau gejala, serta penanganan pada objek yang mengalaminya. Secara garis besar, Gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya adalah Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring.
            Pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi  ini menarik untuk dikaji dan diteliti, karena pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi  ini  merupakan gangguan kelancaran berbicara dapat menghambat seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis seseorang yang dapat berakibat fatal dan membuat seseorang terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya. Dengan diketahuinya salah satu pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi tersebut, diharapkan orang tua atau kerabat terdekat individu
dapat mendeteksi sejak dini salah satu gangguan kelancaran berbicara hingga dapat pula di atasi sedini mungkin.

B.     Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi.

C.    Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Kealamiahan dari penelitian ini dapat dilihat dari objek yang digunakan, yaitu objek yang asli atau alamiah, tidak mengada-ada dan tentunya tidak ada manipulasi. Penelitian ini menggunakan seorang penyandang gagap sebagai sumber data yang menghasilkan
data dan menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara langsung dengan sample yang diteliti. Kemudian hasil dari wawancara tersebut diolah menjadi sebuah data yang berbentuk penelitian dalam jenis desain deskriftif kualitatif, yaitu memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah didapatkan peneliti sesuai dengan keadaan lapangan yang sebenarnya.

D.    Objek Penelitian
1.      Sample Penelitian
Sample yang digunakan untuk objek dalam penelitian ini adalah seorang remaja berumur 19 tahun, yang dulunya ia difonis oleh dokter spesialis gangguan gagap seseorang yang mengalami gangguan gagap.
2.      Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2016 yang betempat di kampung Gegerkalong Girang, kelurahan Gegerkalong Girang, kecamatan Sukasari, Bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    PEMBAHASAN
1.      Pengertian Gagap
Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262). Wujudnya secara umum, tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti ”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila ketegangan sudah berlaku, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada kekejangan otot lagi.
Menurut Abdul Chaer, Gagap adalah berbicara yang kacau karena sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu kalimat dapat diselesaikan[2].
Gagap adalah gangguan bicara atau kesalahan dalam ucapan dengan cara mengulang-ulang bunyi, suku kata atau kata, atau pengulangan konsonan dan suku kata secara spasmodic (terjadi pengejaan).
Menurut Tri Gunardi, S.Psi,  gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi, gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran. (niethazakia.blogspot.co.id:2012)
Kemampuan berkomunikasi seseorang dianggap terlambat apabila kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan anak-anak seusianya. Salah satu gangguan berbicara adalah gagap. Bicara gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya. Gangguan tersebut pada setiap seseorang  berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Dapat disimpulan bahwa, gagap berbicara merupakan gangguan bicara dan bahasa dimana aliran bicara normal (lancar) merupakan pengulangan sering terganggu oleh suara atau suku kata, perpanjangan kata-kata atau frasa dan penyumbatan aliran udara.
2.      Macam-Macam Gangguan Gagap
Sebelum mengetahui gejala gagap lebih lanjut, perlu diketahui bahwa terdapat tiga tipe gagap berdasarkan berat atau ringannya gangguan, yaitu :
1.      Gagap Perkembangan
Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia 2-4 tahun dan remaja yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada periode usia 2-4 tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi, karena hanya sebagai bagian dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini biasanya muncul disebabkan karena kontrol emosi penderita yang masih relatif rendah, serta antusiasme seseorang untuk mengemukakan ide-idenya belum disertai dengan kematangan alat bicaranya. Sementara pada usia remaja biasanya disebabkan karena rasa kurang percaya diri dan kecemasan akibat perubahan fisik, mental dan sosial yang sedang dialaminya. Jadi, gagap pada fase perkembangan merupakan gagap yang masih dalam tahap biasa dan wajar-wajar saja.
2.      Gagap Sementara/Gagap Ringan
Anak-anak usia 6-8 tahun sering mengalami gagap sementara, hal ini biasanya hanya berlangsung sebentar. Umumnya disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya anak mulai memasuki lingkungan baru yang lebih luas, seperti lingkungan sekolah dan pergaulan, sehingga anak memerlukan waktu untuk menyesuaikan diri baik secara mental maupun sosial.
3.        Gagap Menetap
Gagap ini dapat terjadi pada anak usia 3-8 tahun. Biasanya lebih banyak disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara dan akan terus berlangsung, sebagian kata yang akan dituturkan oleh penderita gagap akan terasa lenyap, meskipun penutur mengetahui akan kata-kata yang ingin dituturkannya, namun ia tidak mampu untuk menghasilkan kata-kata tersebut dengan sempurna. Anak yang menderita gagap menetap, alternatif penanganannya adalah dengan melakukan terapi wicara (speech therapy).


3.      Faktor-Faktor Penyebab Gagap
Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologis. Faktor fisik kemungkinan berasal dari keturunan yang menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik, seperti gangguan pada syaraf bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah.Sedangkan faktor psikologis yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang terhadap lingkungannya, di antaranya adalah stress mental karena sesuatu yang dirasakan, namun tidak mampu untuk dilakukan.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap ketika menangis bisa menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.
Gagap bicara disebabkan banyak faktor antara lain faktor biologis, sosiologis, dan  psikologis. Selanjutnya akan dibahas satu persatu sesuai dengan literatur yang ada.
a.         Faktor Biologis
1.       Kelahiran Prematur atau riwayat kelahiran bayi yang lahir prematur biasanya mengalami kerusakan mental. Sering pertumbuhan jiwa dan jasmaninya tertunda atau mengalami kelambatan.
2.      Genetik terjadi ketika ada garis keturunan yang membawa presdiposisi rentan terhadap serangan gagap bicara. Gangguan saraf atau neorologis terdapat gangguan pada kordinasi dari fungsi motorik untuk berbicara.
b.      Faktor Sosiologis
1.       Lingkungan keluarga yang disebabkan tekanan psikologis dari keluarga.
2.      Lingkungan masyarakat yang terasa asing sehingga membuatnya tertekan.
c.       Faktor Psikologi
 Umumnya karena ketidak matangan emosi seseorang atau kelambanan perkembangan emosi seseorang.

4.      Tanda-Tanda Gangguan Gagap Dalam Bicara
Sebenarnya gagap tidaknya seorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech (bicara benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas di usia 4-5 tahun  karena  pada usia ini seharusnya perkembangan bahasa anak sudah baik, pemahamannya  sudah  bagus,  pembentukan  kalimat,  bahasa  ekspresif,  dan kelancaran  bicaranya  juga  sudah  bagus,  serta  sosialisasi  anak  pun  sudah  lebih luas.
Kondisi gagap pada anak  bervariasi dari  yang  ringan  sampai  berat.  Pada gagap yang berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata dengan huruf awal b, d, s, dan t. Huruf b, d, s, t adalah huruf yang membutuhkan tenaga pada saat mengucapkannya dan justru kata-kata yang diawali dengan huruf itulah yang sering mengalami gangguan pengucapan pada penderita gagap.
Penderita  gagap umumnya  juga  sering diikuti  oleh gerakan berulang pada bagian tubuh yang tak bisa dikendalikan. Namanya tics, yang terjadi pada wajah atau gerak-gerak kecil pada bagian punggung yang berulang dan tak terkendali. Gerakan ini merupaka representasi perjuangan dalam dirinya yang berat untuk dapat  merupakan  representasi  perjuangan  dari dalam  dirinya  yang  berat untuk dapat berbicara lancar. Napasnya pun relatif lebih cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada situasi-situasi tertentu seperti harus berbicara di hadapan orang-orang yang dianggapnya memiliki kelebihan daripada dirinya.
Menurut Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department of Speech and Hearing Science, Universitas Illinois, Amerika Serikat, tanda-tanda anak yang mengalami gagap adalah sebagai berikut :
a.       Anak terlihat mengulang-ulang bunyi lebih dari dua kali, seperti i-i-i-ini.
b.       Anak tampak tegang dan berjuang untuk bicara, hal ini dapat dilihat dari otot-otot wajah anak, terutama di sekitar mulut.
c.        Nada suara yang tidak stabil, mungkin naik seiring pengulangan.
d.       Terkadang pula suara anak terdengar seperti tercekat, udara atau suara tertahan selama beberapa detik.
e.       Jika telah diamati dan ternyata anak mengalami kegagapan dalam 10% lebihpada pembicaraannya, maka kegagapan yang dialaminya dianggap cukup parah. (efnidaskrb.blogspot.co.id: 2016)

5.      Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar danvital dalam kehidupan manusia.Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi. Dikatakan  vital karena setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan  individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup. (Dardjowidjojo : 2008)
Setiap saat semua orang selalu berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat dikenal, tetapi banyak di antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita selalu memperbincangannya dan melakukannya. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”, communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama. (Wayne Pace dan Faules : 2006)        
Komunikasi (communicare, latin) artinya berbicara atau menyampaikan pesan, informasi, pikiran, perasaan yang dilakukan seseorang kepada yang lain dengan mengharapkan jawaban, tanggapan, dari orang lain (Hohenberg : 1978). Komunikasi bermula dari sebuah gagasan yang ada pada diri seseorang yang diolah menjadi sebuah pesan dan disampaikan atau dikirimkan kepada orang lain dengan menggunakan media tertentu. Dari pesan yang disampaikan tersebut kemudian terdapat timbale balik berupa tanggapan atau jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut. Dari proses terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya.

6.      Jenis-Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Antar Pribadi
Menurut Stephen P. Robbins (2003), komunikasi antar pribadi dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a)      Komunikasi lisan
b)      Komunikasi tertulis
c)      Komunikasi non verbal disebut juga komunikasi dengan bahasa tubuh
Dari ketiga jenis komunikasi yang disebutkan Robbins, komunikasi lisan dan komunikasi tulisan dapat disebut sebagai komunikasi verbal. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa :
- Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
- Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
-  Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
- Humor : dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. (Setiawan : 2012)
- Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
- Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
           Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan komunikasi dengan individu lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara, berpidato, mengobrol, diskusi kelompok dan lain sebagainya. Salah satu keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dalam umpan balik yang dihasilkannya. Pesan verbal dapat disampaikan dan tanggapan diterima dalam waktu yang relatif singkat. Jika penerima merasa tidak yakin dengan pesan itu, umpan balik yang cepat memungkinkan deteksi dini oleh pengirim dan karenanya memungkinkan koreksi dini.
Disamping memilik keuntungan diatas, komunikasi dengan lisan pun memiliki kerugian. Kerugian terbesar dari komunikasi lisan yang muncul dalam organisasi adalah ketika pesan yang disampaikan harus melewati sejumlah orang. Semakin banyak orang yang dilewati oleh pesan itu maka semakin besar pula kemungkinan pesan tersebut mengalami distorsi. Dalam organisasi, dimana setiap keputusan dan komunikasi lainnya disampaikan dari atasan kepada bawahan secara verbal melalui lisan maka hal ini memungkinkan untuk terjadinya distorsi pada pesan tersebut.

7.      Cara Menangani Gangguan Gagap
Perawatan yang diberikan untuk orang yang gagap adalah mengajarkannya keterampilan, strategi serta perilaku yang bisa membantunya berkomunikasi, yaitu:
1.      Mengontrol kemampuan dan bicaranya, melatihnya berbicara secara perlahan-lahan dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek sambil diajarkan meregangkan antara vokal dan konsonan. Jika teratur dilakukan dalam jangka waktu panjang maka tingkat keberhasilannya bisa tinggi serta mencegah kekam buhan.
2.      Mengontrol pernapasan seseorang diajarkan bagaimana mengatur dan mengengendalikan pernapasannya serta artikulasi antara bibir, rahang, dan lidah.
3.      Terapi modifikasi gagap
Tujuan dari terapi ini adalah untuk memodifikasi gagap agar bisa dikendalikan dan bukan menghilangkan, seperti mengatasi kecemasan atau ketakutan yang bisa memperparah kondisi.
Terapi ini mencakup 3 tahap, yaitu:
1.      Mengidentifikasi perilaku inti dan sekunder yang menyertai gagap,
2.      berlatih mengurangi rasa takut dan cemas sehingga dapat mencegah bicara gagap yang parah,
3.      serta memodifikasi  dengan berlatih mengulang-ngulang kata dan mengantisipasi kata yang dapat sulit diucapkan.
Sekitar 90 persen orang yang gagap bisa diobati dengan baik serta mengurangi tingkat kekambuhannya jika melakukan terapi dengan baik dan teratur.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2-5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, batas atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap.

Hasil Penelitian
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk kita berinteraksi dengan seseorang. Interaksi sosial akan menjadi baik jika seseorang dapat berkomunikasi dengan baik.  Oleh karena itu betapa pentingnya sebuah komunikasi dalam melakukan hubungan dengan yang lainnya. Jika seseorang tidak bisa memahami apa yang kita bicarakan, maka orangpun akan sulit dan susah untuk mengerti apa yang kita bicarakan. Lalu bagaimana tetang seseorang yang mengalami gangguan bicara seperti gangguan gagap?, oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mengetahui tentang gangguan gagap tersebut guna mencegah terhadap gangguan gagap tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada seorang anak yang dulunya diponis dengan dokter spesialis gagap bahwa dia mengalami gangguan gagap. Dia mengalami gangguan gagap ketika ia berumur kelas 3 SD atau berumur 8-10 tahun. Gejala ia mengalami gangguan gagap ini adalah ia mengalami gangguan berbicara tersendak-sendak yang sangat berbeda dengan teman sebaya pada umumnya.  
Faktor yang menyebabkan ia gagap adalah dokter spesialnya mengatakan bahwa otak ia sangat cepat tetapi tidak dibarengin dengan ia berbicara, sehingga otak lebih dulu merespon dan ia sangat lambat untuk merespon informasi yang ingin dia katakan. Menurut pengakuannya ia sangat sulit berkomunikasi dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya, sehingga ia merasa malu dan terisolir dan ia jarang berbicara dengan orang-orang yang ada disekitarnya. Akan tetapi setelah ia menjelaskan kepada orang-orang yang ada disekitarnya bahwa ia mengalami gangguan gagap dan pada akhirnya teman-temannyapun memahami keadaan apa yang sedang dialaminya, sehingga lama-kelamaan ia sudah bisa bersosialisasi dengan teman-temannya dan orang-orang yang ada disekitar lingkunganya, ia pun tidak merasa malu lagi untuk berbicara, dan ia mencoba berusaha untuk berani berbicara didepan umum.
Pada saat ia mengalami gangguan gagap ini ia mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu sekitar 5-7 detik untuk dapat bicara, karena memang ia dulu mengalami ganguang gagap yang sesuai dengan teori diatas bahwa ia menngalami gagap sementara atau gagap ringan, oleh karena itu ia selalu berusaha untuk membiasakan dirinya berbicara sesering mungkin dengan melakukan terapi wicara (speech therapy).
Objek penelilitian ini sekarang ia berumur 19 tahun, dokter spesialisnya mengungkapkan bahwa pada gangguan gagap ini tidak bisa disembuhkan secara total, akan tetapi dengan adanya terapi wicara (speech therapy) ia sekarang mampu berbicara dengan baik dan dapat dipahami oleh semua orang. Peneliti melakukan wawancara seraca langsung ke pihak objek memang benar bahwa ia masih sedik mengalami gangguan gagap, dan nada bicaranya pun agak sedikit tersendak-sendak dan ada kata yang ia ulang-ulangi sangat berbeda dengan bicara seperti orang normal biasanya.
Objek penelitian mengatakan ketika ia mengalami gangguan gagap sementara atau gagap ringan ia mengalami kesulitan lambat dalam berbicara, dan biasanya disetiap awal dan pertengahan suku kata ia merasa kesulitan dan jika diibaratkan ketika ia berbicara ia merasa ada sesuatu yang tersendak didalam tenggorakan ataupun lidahnya sehingga mengganggu berbicaranya seseorang yang pengindap gangguan gagap ini, hingga sulit dan memperlambat  untuk merespon apa yang ingin dikatakanya.
Pengobatan yang dilakukan objek peneliti selain dengan terapi wicara (speech therapy) ia juga pernah melakukan terapi dengan munggunakan alat setrum yang berada di Universitas Indonesia. Walaupun terapi ini memerlukan biaya yang cukup mahal akan tetapi terapi cukup bagus dalam mengobati penderita gangguan gagap, cara kerja alat tersebut digunakan untuk menyetrum lidah objek peneliti atau penderita gangguan gagap agar lidahnya tidak kaku. Alat setrum ini berbentuk seperti pemegang rahang lalu lidah si penderita gangguan gagap ini disetruk dengan listrik yang sekian wat atau volt. Pada awalnya bagi penderita gangguan gagap dengan pengobatan lat setrum ini ia akan merasakan sakit yang luar biasa, akan tetapi jika ia sering melakukan pengobatan ini maka ia tidak akan merasa sakit lagi.
Pengobatan ini mempunyai efek yang sangat membantu penderi gangguan gagap untuk mengurangi gagap nya tersebut, objek peneliti mengaku bahwa setelah ia melakukan pengobatan ini, ia merasa gangguan gagap berbicaranya semakin berkurang. Alat setrum ini merupakan jenis pengobatan terbaru yang berbasis moderen untuk penderita gangguan gagap, oleh karena itu wajar saja jika biaya pengobatannya pun cukup mahal, meskipun pengobatan ini cukup mahal akan tetapi pengobatan ini cukup ampuh dan sangat berguna untuk pengobatan bagi penderita gangguan gagap.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gagap merupakan suatu gejala bicara dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak disdari yang mengakibtakan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi, gagapmerupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan ujaran.
Gangguan gagap merupakan gangguan dalam berbicara, bagi penderita gangguan gagap akan mengalami kesulitan berkomunikasi dan beriteraksi dengan individu ataupun dengan kelompok yang ada dilingkungan sekitarnya.
Dan berdasarkan pembahasan dan penelitian yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian bahwasanya ada pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi, sesuai dengan hasil, objek penelitian mengalami gangguan gagap dengan macam atau tipe gagap sementara atau gagap ringan, dan bahwasanya objek penelitian mengalami gagap pada sekitar umur 8-10 tahun atau kelas 3 SD. Faktor penyebabnya dikarenakan faktor psikologis yaitu Keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara fungsional sering juga diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.
Keterlambatan bicara golongan ini disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Dalam objek penelitian ini adalah seorang anak laki-laki oleh karena itu gangguan seperti ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga.
Dengan melakukan banyak latihan atau Speech Therapy penderita gangguan gagap dapat mengurangi gangguan gagapnya akan tetapi berlatih berbicara ini memerlukan waktu yang rutin guna mengoptimalkan pengobatan yang mereka sedang jalani. Jika dengan cara ini tidak berpengaruh dalam mengurangi gangguan gagap maka perlu adanya terapi yang secara rutin yang dilakukan oleh ahli spesialis gangguan gagap, alangkah baiknya jika penderita gangguan gagap melakukan terapi dengan ahli spesialis gangguan gagap guna mempercepat dalam mengurangi gangguan gagap.

B.     Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kami menyarankan kepada pembaca agar tidak memcemooh orang yang gagap bicara. Ketika kita berada diantara orang yang menderita penyakit gagap, sebaiknya kita menjadi teman atau sahabat baginya. Jika kita menjadi orang yang dekat bagi mereka, maka kita akan menjadi tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan. Dengan demikian, orang yang menderita penyakit gagap akan menjadi orang yang merasa diperhatikan. Dengan itu mereka tidak akan merasa menjadi canggung untuk bercampur dengan masyarakat. Kepada yang mempunyai penyakit gagap, cobalah untuk lebih tenang dalam berbicara serta mencoba terapi yang bisa menghilangkan penyakit gagap nya tersebut.
Semoga laporan penelitian orang gagap ini bisa bermanfaat bagi pembaca serta menjadi referensi atau pun contoh apabila pembaca melakukan penelitian tentang orang gagap. Laporan penelitian ini masih banyak terdapat kesalahan baik dalam penulisan maupun dalam merangkai kata, maka dari itu kami mohon kritik dan saran untuk ke depannya lebih baik.



















DAFTAR PUSTAKA
                                         
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Efnida. 2016. gangguan berbahasa gagap bicara. http://efnidaskrb.blogspot.co.id/2016/02/gangguan-berbahasa-gagap-bicara-yang.html. Diakses pada 22 Mei 2016
Hohenberg. 1978Psycholinguistics: Language, Mind, and World. England: Longman.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Robbins, Stephen P.2003.Perilaku Organisasi Jilid 2.Jakarta: Indeks.
Setiawan, Galih. 2012. Makalah Komunikasi. http://tugasperkuliahannih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-komunikasi.html. Diakses pada 22 Mei 2016
Pace, R.,  Wayne dan Faules, Don F.2006. Komunikasi Organisasi; strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Zakiyah, Nita. (2012). Gangguan Kelancaran Berbicara Gagap. http://niethazakia.blogspot.co.id/2012/10/gangguan-kelancaran-berbicara-gagap.html. Diakses pada 22 Mei 2016






LAMPIRAN
Instrumen wawancara dalam penelitian
1. Sejak kapan anda mengalami gagap?
2. Faktor apa yang menyebabkan anda menjadi penderita gangguan gagap pada diri anda?
3. Apakah dengan gangguan gagap tersebut anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi, jika ada apakah kesulitannya?
4. Apakah anda merasa terisolir dilingkungan anda dikarenakan mengalami anda penderita gangguan gagap?
5. Bagaimana anda berkomunikasi dengan orang-orang yang berada disekitar lingkungan anda?
7. Apakah orang yang berada disekitar anda memahami apa yang anda bicarakan?
8. Bagian apa anda sulit mengucapkan dan berkomunikasi dengan orang lain?
9. Usaha  dan pengobatan apa yang anda lakukan untuk mengatasi gangguan tersebut?
10. Bagaimana kah keadaan anda sekarang? Apakah anda masih mengalami gagap dalam berkomunikasi?



[1] Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.hlm:4

[2] Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. hlm:153