PENGARUH GANGGUAN GAGAP (Stuttering)
DALAM BERKOMUNIKASI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Psikolingustik
Dosen Pengampu : Drs. Tatang, S. M.Hum

Disusun oleh:
Eva Pratiwi (1401324)
Muhammad
Iqbal Jamaluddin (1403695)
Siti
Marwah Mutiara (1404829)
Haifa
Amany S. (1407087)
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
2016
PENGARUH GANGGUAN GAGAP (Stuttering)
DALAM BERKOMUNIKASI
(Di Tinjau dari Studi Psikolingustik)
(Eva Pratiwi, Muhammad Iqbal Jamaludin, Siti Marwah Mutiara,
Haifa Amany S.)
Abstrak: Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gangguan gagap dalam
berkomunikasi, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode desain deskriptif kuantitatif yang dimana peneliti
memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah didapatkan kemudian
diolah menjadi sebuah data. Dalam penelitian ini objek penelitian mengalami
gangguan gagap sejak ia duduk di kelas 3 SD, objek penelitian mengalami
gangguan dengan tipe gangguan sementara atau gangguan ringan, yang disebabkan
oleh faktor psikologis objek peneliti dengan tandanya objek kesulitan dalam
mengucapkan kata atau suku kata dan terbata-batanya objek penelitian dalam
berbicara. Oleh karena itu dengan sering melakukan latihan berbicara atau
melakukan terapi kepada ahli spesialis gangguan gugup guna mengurangi gangguan
gugup dalam bicara.
Kata kunci : Gangguan
gagap, komunikasi, gangguan ringan, faktor psikologis
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi utama dalam kehidupan
manusia, karena tanpa bahasa kehidupan sosial antar individu yang membentuk
kelompok masyarakat sulit untuk dibina. Karena dengan bahasa manusia mampu
berkomunikasi dan bekerjasama[1]. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan perasaan yang
dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau kalimat. Secara teoritis proses berbahasa dimulai
dengan enkode semantik, enkode gramatika dan enkode fonologi. Enkode semantik
dan enkode gramatika berlangsung dalam otak, sedangkan enkode fonologi dimulai
dari otak lalu diteruskan pelaksanaannya oleh alat-alat bicara yang melibatkan
sistem syaraf otak bicara. Ketiga enkode tersebut berkaitan dalam kegiatan
produksi bahasa seseorang, yang juga berkaitan erat dengan hubungan antara otak
dan organ bicara seseorang.
Manusia yang
normal fungsi otak dan alat bicaranya tentu dapat berbahasa dengan baik. Namun,
mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan alat bicaranya, tentu mempunyai
kesulitan dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif (menerima tanggapan
dari orang lain). Jadi, kemampuan berbahasa terganggu.
Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas
kemampuan reseptif (mendengardan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara).
Kemampuan bicara lebih dapat dinilai dari kemampuan lainnya sehingga
pembahasan mengenai kemampuan bahasa lebih sering dikaitkan dengan
kemampuan berbicara. Kemahiran dalam bahasa dan berbicara dipengaruhi oleh
faktor intrinsik yang berasal dari anak dan faktor ekstrinsik yang
berasal dari lingkungan. Faktor intrinsik adalah kondisi pembawaan setiap
individu sejak lahir termasuk fisiologi dari organ yang terlibat dalam
kemampuan bahasa dan berbicara. Sementara itu, faktor
ekstrinsik menjelma berupa stimulus yang ada di sekeliling individu
terutama perkataan yang didengar atau ditujukan kepada si anak. Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat
mempengaruhi proses berkomunikasi dan berbahasa.
Penelitian ini akan membahas dan mendeskripsikan pengaruh
gangguan gagap dalam berkomunikasi yang terjadi pada individu atau seseorang dari
penyebab terjadinya, karakteristik atau gejala, serta penanganan pada objek yang
mengalaminya. Secara garis besar, Gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan
kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya
adalah Terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata, atau suatu bloking yang
spasmodik, bisa terjadi spasme tonik dari otot-otot bicara seperti lidah,
bibir, dan laring.
Pengaruh
gangguan gagap dalam berkomunikasi ini
menarik untuk dikaji dan diteliti, karena pengaruh gangguan gagap dalam
berkomunikasi ini merupakan gangguan kelancaran berbicara dapat
menghambat seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat berpengaruh
pada kondisi psikologis seseorang yang dapat berakibat fatal dan membuat seseorang
terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya. Dengan diketahuinya salah
satu pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi tersebut, diharapkan orang tua
atau kerabat terdekat individu
dapat
mendeteksi sejak dini salah satu gangguan kelancaran berbicara hingga dapat
pula di atasi sedini mungkin.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah ada pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi.
C. Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Kealamiahan dari penelitian ini dapat dilihat dari
objek yang digunakan, yaitu objek yang asli atau alamiah,
tidak mengada-ada dan tentunya tidak ada manipulasi. Penelitian ini menggunakan seorang penyandang
gagap sebagai sumber data yang menghasilkan
data dan menjadi
pembahasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan bentuk wawancara
langsung dengan sample yang diteliti. Kemudian hasil dari wawancara tersebut diolah
menjadi sebuah data yang berbentuk penelitian dalam jenis desain deskriftif
kualitatif, yaitu memaparkan atau menggambarkan hasil penelitian yang telah
didapatkan peneliti sesuai dengan keadaan lapangan yang sebenarnya.
D. Objek Penelitian
1. Sample Penelitian
Sample yang
digunakan untuk objek dalam penelitian ini adalah seorang remaja berumur 19
tahun, yang dulunya ia difonis oleh dokter spesialis gangguan gagap seseorang
yang mengalami gangguan gagap.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Mei 2016 yang betempat di kampung
Gegerkalong Girang, kelurahan Gegerkalong Girang, kecamatan Sukasari, Bandung.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Gagap
Gagap atau stuttering merupakan salah satu bentuk
kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan kata-kata. Gagap
terjadi ketika sebagian kata terasa lenyap, penutur mengetahui kata itu, akan
tetapi tidak dapat menghasilkannya (Cahyono, 1994: 262). Wujudnya secara umum,
tiba-tiba anak kehilangan ide untuk mengucapkan apa yang ingin dia ungkapkan
sehingga suara yang keluar terpatah-patah dan diulang-ulang seperti
”i-i-ibu....”, sampai tidak mampu mengeluarkan bunyi suara sedikit pun untuk
beberapa lama. Reaksi ini bersamaan dengan kekejangan otot leher dan diafragma
yang disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot-otot bicara. Bila
ketegangan sudah berlaku, akan meluncur serentetan kata-kata sampai ada
kekejangan otot lagi.
Menurut Abdul Chaer, Gagap adalah berbicara yang kacau karena
sering tersendat-sendat, mendadak berhenti, lalu mengulang-ulang suku kata
pertama, kata-kata berikutnya, dan setelah berhasil mengucapkan kata-kata itu
kalimat dapat diselesaikan[2].
Gagap adalah gangguan bicara atau kesalahan dalam ucapan dengan
cara mengulang-ulang bunyi, suku kata atau kata, atau pengulangan konsonan dan
suku kata secara spasmodic (terjadi pengejaan).
Menurut Tri Gunardi, S.Psi, gagap merupakan suatu gangguan bicara dimana
aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan
pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak
disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi,
gagap merupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan
ujaran. (niethazakia.blogspot.co.id:2012)
Kemampuan berkomunikasi seseorang dianggap terlambat
apabila kemampuan berbicara dan penguasaan bahasa jauh di bawah kemampuan
anak-anak seusianya. Salah satu gangguan berbicara adalah gagap. Bicara
gagap adalah gangguan kelancaran bicara yang terputus dalam satu rangkaiannya.
Gangguan tersebut pada setiap seseorang berbeda bentuk kelainannya, dalam waktu
tertentu berlainan jenis gangguan gagap yang timbul.
Dapat disimpulan bahwa, gagap berbicara merupakan gangguan bicara
dan bahasa dimana aliran bicara normal (lancar) merupakan pengulangan sering
terganggu oleh suara atau suku kata, perpanjangan kata-kata atau frasa dan
penyumbatan aliran udara.
2. Macam-Macam Gangguan Gagap
Sebelum mengetahui gejala gagap lebih lanjut, perlu
diketahui bahwa terdapat tiga tipe gagap berdasarkan berat atau ringannya
gangguan, yaitu :
1. Gagap Perkembangan
Gagap perkembangan biasa terjadi pada anak-anak usia
2-4 tahun dan remaja yang sedang memasuki masa pubertas. Kondisi gagap pada
periode usia 2-4 tahun merupakan keadaan yang masih wajar terjadi, karena hanya
sebagai bagian dari proses perkembangan bicara anak. Gagap ini biasanya muncul
disebabkan karena kontrol emosi penderita yang masih relatif rendah, serta
antusiasme seseorang untuk mengemukakan ide-idenya belum disertai dengan
kematangan alat bicaranya. Sementara pada usia remaja biasanya disebabkan karena
rasa kurang percaya diri dan kecemasan akibat perubahan fisik, mental dan
sosial yang sedang dialaminya. Jadi, gagap pada fase perkembangan merupakan
gagap yang masih dalam tahap biasa dan wajar-wajar saja.
2. Gagap Sementara/Gagap Ringan
Anak-anak usia 6-8 tahun sering mengalami gagap
sementara, hal ini biasanya hanya berlangsung sebentar. Umumnya disebabkan oleh
faktor psikologis, misalnya anak mulai memasuki lingkungan baru yang lebih
luas, seperti lingkungan sekolah dan pergaulan, sehingga anak memerlukan waktu
untuk menyesuaikan diri baik secara mental maupun sosial.
3. Gagap
Menetap
Gagap ini dapat terjadi pada anak usia 3-8 tahun.
Biasanya lebih banyak disebabkan oleh faktor kelainan fisiologis alat bicara
dan akan terus berlangsung, sebagian kata yang akan dituturkan oleh penderita
gagap akan terasa lenyap, meskipun penutur mengetahui akan kata-kata yang ingin
dituturkannya, namun ia tidak mampu untuk menghasilkan kata-kata tersebut
dengan sempurna. Anak yang menderita gagap menetap, alternatif penanganannya
adalah dengan melakukan terapi wicara (speech therapy).
3. Faktor-Faktor Penyebab Gagap
Gagap bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun
psikologis. Faktor fisik kemungkinan berasal dari keturunan yang
menyebabkan ketidaksempurnaan secara fisik, seperti gangguan pada syaraf
bicara, gangguan alat bicara, keterbatasan lidah.Sedangkan
faktor psikologis yaitu ketegangan yang berasal dari reaksi seseorang
terhadap lingkungannya, di antaranya adalah stress mental karena
sesuatu yang dirasakan, namun tidak mampu untuk dilakukan.
Menurut penelitian, gagap lebih banyak disebabkan oleh
faktor psikologis dibanding fisiologis. Trauma, ketakutan, kecemasan, dan
kesedihan pada masa kecil bisa menyebabkan seseorang menjadi gagap sampai
dewasa. Misalnya, anak yang kedua orang tuanya sering bertengkar, sehingga
membuat anak takut, cemas, sedih, dan sering menangis. Cara bicara yang gagap
ketika menangis bisa menjadi kebiasaan sampai ia dewasa.
Gagap bicara
disebabkan banyak faktor antara lain faktor biologis, sosiologis, dan
psikologis. Selanjutnya akan dibahas satu persatu sesuai dengan literatur
yang ada.
a.
Faktor Biologis
1.
Kelahiran Prematur atau riwayat kelahiran bayi
yang lahir prematur biasanya mengalami kerusakan mental. Sering pertumbuhan
jiwa dan jasmaninya tertunda atau mengalami kelambatan.
2.
Genetik terjadi ketika ada garis keturunan
yang membawa presdiposisi rentan terhadap serangan gagap bicara. Gangguan saraf
atau neorologis terdapat gangguan pada kordinasi dari fungsi motorik untuk
berbicara.
b.
Faktor Sosiologis
1.
Lingkungan keluarga yang disebabkan tekanan
psikologis dari keluarga.
2.
Lingkungan
masyarakat yang terasa asing sehingga membuatnya tertekan.
c.
Faktor
Psikologi
Umumnya karena ketidak matangan emosi seseorang atau kelambanan
perkembangan emosi seseorang.
4.
Tanda-Tanda Gangguan
Gagap Dalam Bicara
Sebenarnya
gagap tidaknya seorang anak sudah bisa dideteksi sejak fase true speech (bicara
benar) di usia 18 bulan. Kegagapan ini akan tampak jelas di usia 4-5 tahun
karena pada usia ini seharusnya perkembangan bahasa anak sudah
baik, pemahamannya sudah bagus, pembentukan kalimat,
bahasa ekspresif, dan kelancaran bicaranya juga
sudah bagus, serta sosialisasi anak pun
sudah lebih luas.
Kondisi gagap pada anak bervariasi
dari yang ringan sampai berat. Pada gagap
yang berat, selain sulit atau bahkan tak mampu mengucapkan kata dengan huruf
awal b, d, s, dan t. Huruf b, d, s, t adalah huruf yang membutuhkan tenaga pada
saat mengucapkannya dan justru kata-kata yang diawali dengan huruf itulah yang
sering mengalami gangguan pengucapan pada penderita gagap.
Penderita gagap umumnya juga sering
diikuti oleh gerakan berulang pada bagian
tubuh yang tak bisa dikendalikan. Namanya tics, yang terjadi pada wajah atau
gerak-gerak kecil pada bagian punggung yang berulang dan tak terkendali.
Gerakan ini merupaka representasi perjuangan dalam dirinya yang berat untuk
dapat merupakan representasi perjuangan dari dalam
dirinya yang berat untuk dapat berbicara lancar. Napasnya pun
relatif lebih cepat. Serangan gagap ini dapat terjadi setiap saat dan pada
situasi-situasi tertentu seperti harus berbicara di hadapan orang-orang yang
dianggapnya memiliki kelebihan daripada dirinya.
Menurut Dr. Ehud Yairi, Ph.D. dari Department
of Speech and Hearing Science, Universitas Illinois, Amerika Serikat,
tanda-tanda anak yang mengalami gagap adalah sebagai berikut :
a. Anak terlihat mengulang-ulang bunyi lebih dari
dua kali, seperti i-i-i-ini.
b. Anak tampak
tegang dan berjuang untuk bicara, hal ini dapat dilihat dari otot-otot
wajah anak, terutama di sekitar mulut.
c. Nada
suara yang tidak stabil, mungkin naik seiring pengulangan.
d. Terkadang
pula suara anak terdengar seperti tercekat, udara atau suara
tertahan selama beberapa detik.
e. Jika telah diamati dan ternyata anak
mengalami kegagapan dalam 10% lebihpada pembicaraannya,
maka kegagapan yang dialaminya dianggap cukup parah. (efnidaskrb.blogspot.co.id:
2016)
5. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses sosial
yang sangat mendasar danvital dalam kehidupan manusia.Dikatakan mendasar karena
setiap masyarakat manusia, baik yang primitif maupun yang modern, berkeinginan
mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui
komunikasi. Dikatakan vital karena
setiap individu memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga
meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup. (Dardjowidjojo
: 2008)
Setiap saat semua orang selalu
berbicara tentang komunikasi. Kata komunikasi sangat dikenal, tetapi banyak di
antara kita yang kurang mengerti makna dari komunikasi walaupun kita selalu
memperbincangannya dan melakukannya. Kata komunikasi atau communication dalam
bahasa Inggris berasl dari bahasa Latin communis yang berarti “sama”,
communico, communicatio, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make
common). Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai
asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu
pesan dianut secara sama. (Wayne Pace dan Faules : 2006)
Komunikasi (communicare, latin) artinya berbicara atau menyampaikan pesan,
informasi, pikiran, perasaan yang dilakukan seseorang kepada yang lain dengan
mengharapkan jawaban, tanggapan, dari orang lain (Hohenberg : 1978). Komunikasi
bermula dari sebuah gagasan yang ada pada diri seseorang yang diolah menjadi sebuah
pesan dan disampaikan atau dikirimkan kepada orang lain dengan menggunakan
media tertentu. Dari pesan yang disampaikan tersebut kemudian terdapat timbale
balik berupa tanggapan atau jawaban dari orang yang menerima pesan tersebut.
Dari proses terjadinya komunikasi itu, secara teknis pelaksanaan, komunikasi
dapat dirumuskan sebagai kegiatan dimana seseorang menyampaikan pesan melalui
media tertentu kepada orang lain dan sesudah menerima pesan serta memahami
sejauh kemampuannya, penerima pesan menyampaikan tanggapan melalui media
tertentu pula kepada orang yang menyampaikan pesan itu kepadanya.
6. Jenis-Jenis Komunikasi
1. Komunikasi Antar Pribadi
Menurut
Stephen P. Robbins (2003), komunikasi
antar pribadi dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu:
a)
Komunikasi
lisan
b)
Komunikasi
tertulis
c)
Komunikasi
non verbal disebut juga komunikasi dengan bahasa tubuh
Dari ketiga jenis komunikasi yang
disebutkan Robbins, komunikasi lisan dan komunikasi tulisan dapat disebut
sebagai komunikasi verbal. Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa :
- Vocabulary
(perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan
disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata
menjadi penting dalam berkomunikasi.
- Racing (kecepatan).
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur
dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
- Intonasi suara: akan mempengaruhi
arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya bila diucapkan
dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional
merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
- Humor :
dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan memberikan catatan bahwa
dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai
hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan
satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. (Setiawan : 2012)
- Singkat dan
jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung
pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
- Timing
(waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
Komunikasi Lisan
Sarana utama satu individu melakukan
komunikasi dengan individu lainnya adalah melalui lisan dengan cara berbicara,
berpidato, mengobrol, diskusi kelompok dan lain sebagainya. Salah satu
keuntungan dari komunikasi lisan adalah kecepatan dalam umpan balik yang
dihasilkannya. Pesan verbal dapat disampaikan dan tanggapan diterima dalam
waktu yang relatif singkat. Jika penerima merasa tidak yakin dengan pesan itu,
umpan balik yang cepat memungkinkan deteksi dini oleh pengirim dan karenanya
memungkinkan koreksi dini.
Disamping memilik keuntungan diatas,
komunikasi dengan lisan pun memiliki kerugian. Kerugian terbesar dari
komunikasi lisan yang muncul dalam organisasi adalah ketika pesan yang
disampaikan harus melewati sejumlah orang. Semakin banyak orang yang dilewati
oleh pesan itu maka semakin besar pula kemungkinan pesan tersebut mengalami
distorsi. Dalam organisasi, dimana setiap keputusan dan komunikasi lainnya
disampaikan dari atasan kepada bawahan secara verbal melalui lisan maka hal ini
memungkinkan untuk terjadinya distorsi pada pesan tersebut.
7. Cara Menangani Gangguan Gagap
Perawatan yang diberikan untuk orang yang gagap adalah mengajarkannya
keterampilan, strategi serta perilaku yang bisa membantunya berkomunikasi,
yaitu:
1. Mengontrol kemampuan dan bicaranya, melatihnya berbicara secara
perlahan-lahan dengan menggunakan kalimat atau frase yang pendek sambil
diajarkan meregangkan antara vokal dan konsonan. Jika teratur dilakukan dalam jangka
waktu panjang maka tingkat keberhasilannya bisa tinggi serta mencegah kekam buhan.
2. Mengontrol pernapasan seseorang diajarkan bagaimana mengatur dan
mengengendalikan pernapasannya serta artikulasi antara bibir, rahang, dan
lidah.
3. Terapi modifikasi gagap
Tujuan dari terapi ini
adalah untuk memodifikasi gagap agar bisa dikendalikan dan bukan menghilangkan,
seperti mengatasi kecemasan atau ketakutan yang bisa memperparah kondisi.
Terapi ini mencakup 3
tahap, yaitu:
1. Mengidentifikasi perilaku inti dan sekunder yang menyertai gagap,
2. berlatih mengurangi rasa takut dan cemas sehingga dapat mencegah bicara
gagap yang parah,
3. serta memodifikasi dengan berlatih
mengulang-ngulang kata dan mengantisipasi kata yang dapat sulit diucapkan.
Sekitar 90 persen orang yang gagap bisa diobati dengan baik serta
mengurangi tingkat kekambuhannya jika melakukan terapi dengan baik dan teratur.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2-5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, batas atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap.
Gangguan emosi atau ketegangan dengan orang tua, orang sekitar atau lingkungan dapat memicu kelainan ritme atau gagap . Pada gangguan bicara ini secara tak terkontrol sering terjadi pengulangan, pemanjangan kata/suku kata, penghentian (silent block), kadang didaptkan ketegangan yang berlebihan pada muka, tenggorokan serta rasa takut selama bicara. Kadang timbul suara nafas yang tidak biasa atau seperti memerlukan perjuangan untuk mengeluarkan kata. Biasanya penderita menghindar kata atau situasi tertentu. Anak usia 2-5 tahun terdapat pengulangan kata atau suku kata lebih kurang 45 kali perseribu kata yang diucapkan, batas atasnya 100 kali per 1000 kata. Bila melewati batas ini dianggap abnormal atau gagap.
Hasil
Penelitian
Komunikasi merupakan hal yang penting untuk kita berinteraksi
dengan seseorang. Interaksi sosial akan menjadi baik jika seseorang dapat
berkomunikasi dengan baik. Oleh karena
itu betapa pentingnya sebuah komunikasi dalam melakukan hubungan dengan yang
lainnya. Jika seseorang tidak bisa memahami apa yang kita bicarakan, maka
orangpun akan sulit dan susah untuk mengerti apa yang kita bicarakan. Lalu
bagaimana tetang seseorang yang mengalami gangguan bicara seperti gangguan
gagap?, oleh karena itu alangkah baiknya jika kita mengetahui tentang gangguan
gagap tersebut guna mencegah terhadap gangguan gagap tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada seorang anak yang dulunya diponis
dengan dokter spesialis gagap bahwa dia mengalami gangguan gagap. Dia mengalami
gangguan gagap ketika ia berumur kelas 3 SD atau berumur 8-10 tahun. Gejala ia
mengalami gangguan gagap ini adalah ia mengalami gangguan berbicara
tersendak-sendak yang sangat berbeda dengan teman sebaya pada umumnya.
Faktor yang menyebabkan ia gagap adalah dokter spesialnya
mengatakan bahwa otak ia sangat cepat tetapi tidak dibarengin dengan ia
berbicara, sehingga otak lebih dulu merespon dan ia sangat lambat untuk
merespon informasi yang ingin dia katakan. Menurut pengakuannya ia sangat sulit
berkomunikasi dengan orang-orang yang ada dilingkungan sekitarnya, sehingga ia
merasa malu dan terisolir dan ia jarang berbicara dengan orang-orang yang ada
disekitarnya. Akan tetapi setelah ia menjelaskan kepada orang-orang yang ada
disekitarnya bahwa ia mengalami gangguan gagap dan pada akhirnya
teman-temannyapun memahami keadaan apa yang sedang dialaminya, sehingga
lama-kelamaan ia sudah bisa bersosialisasi dengan teman-temannya dan
orang-orang yang ada disekitar lingkunganya, ia pun tidak merasa malu lagi
untuk berbicara, dan ia mencoba berusaha untuk berani berbicara didepan umum.
Pada saat ia mengalami gangguan gagap ini ia mengatakan bahwa ia
membutuhkan waktu sekitar 5-7 detik untuk dapat bicara, karena memang ia dulu
mengalami ganguang gagap yang sesuai dengan teori diatas bahwa ia menngalami
gagap sementara atau gagap ringan, oleh karena itu ia selalu berusaha untuk membiasakan
dirinya berbicara sesering mungkin dengan melakukan terapi wicara (speech therapy).
Objek penelilitian ini sekarang ia berumur 19 tahun,
dokter spesialisnya mengungkapkan bahwa pada gangguan gagap ini tidak bisa
disembuhkan secara total, akan tetapi dengan adanya terapi wicara (speech
therapy) ia sekarang mampu berbicara dengan baik dan dapat dipahami oleh semua
orang. Peneliti melakukan wawancara seraca langsung ke pihak objek memang benar
bahwa ia masih sedik mengalami gangguan gagap, dan nada bicaranya pun agak
sedikit tersendak-sendak dan ada kata yang ia ulang-ulangi sangat berbeda
dengan bicara seperti orang normal biasanya.
Objek penelitian mengatakan ketika ia mengalami gangguan gagap
sementara atau gagap ringan ia mengalami kesulitan lambat dalam berbicara, dan
biasanya disetiap awal dan pertengahan suku kata ia merasa kesulitan dan jika
diibaratkan ketika ia berbicara ia merasa ada sesuatu yang tersendak didalam
tenggorakan ataupun lidahnya sehingga mengganggu berbicaranya seseorang yang
pengindap gangguan gagap ini, hingga sulit dan memperlambat untuk merespon apa yang ingin dikatakanya.
Pengobatan yang dilakukan objek peneliti selain dengan terapi
wicara (speech therapy) ia juga pernah melakukan terapi dengan munggunakan alat
setrum yang berada di Universitas Indonesia. Walaupun terapi ini memerlukan
biaya yang cukup mahal akan tetapi terapi cukup bagus dalam mengobati penderita
gangguan gagap, cara kerja alat tersebut digunakan untuk menyetrum lidah objek
peneliti atau penderita gangguan gagap agar lidahnya tidak kaku. Alat setrum
ini berbentuk seperti pemegang rahang lalu lidah si penderita gangguan gagap
ini disetruk dengan listrik yang sekian wat atau volt. Pada awalnya bagi
penderita gangguan gagap dengan pengobatan lat setrum ini ia akan merasakan
sakit yang luar biasa, akan tetapi jika ia sering melakukan pengobatan ini maka
ia tidak akan merasa sakit lagi.
Pengobatan ini mempunyai efek yang sangat membantu penderi gangguan
gagap untuk mengurangi gagap nya tersebut, objek peneliti mengaku bahwa setelah
ia melakukan pengobatan ini, ia merasa gangguan gagap berbicaranya semakin
berkurang. Alat setrum ini merupakan jenis pengobatan terbaru yang berbasis
moderen untuk penderita gangguan gagap, oleh karena itu wajar saja jika biaya
pengobatannya pun cukup mahal, meskipun pengobatan ini cukup mahal akan tetapi
pengobatan ini cukup ampuh dan sangat berguna untuk pengobatan bagi penderita
gangguan gagap.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gagap merupakan suatu gejala bicara
dimana aliran bicara terganggu tanpa disadari dengan adanya pengulangan dan
pemanjangan suara, suku kata, kata atau frasa, serta jeda atau hambatan tak
disdari yang mengakibtakan gagalnya produksi suara. Kalau dalam komunikasi,
gagapmerupakan salah satu gangguan irama kelancaran (disritmia) dalam tatanan
ujaran.
Gangguan gagap merupakan gangguan
dalam berbicara, bagi penderita gangguan gagap akan mengalami kesulitan
berkomunikasi dan beriteraksi dengan individu ataupun dengan kelompok yang ada
dilingkungan sekitarnya.
Dan berdasarkan pembahasan dan
penelitian yang peneliti lakukan terhadap objek penelitian bahwasanya ada
pengaruh gangguan gagap dalam berkomunikasi, sesuai dengan hasil, objek
penelitian mengalami gangguan gagap dengan macam atau tipe gagap sementara atau
gagap ringan, dan bahwasanya objek penelitian mengalami gagap pada sekitar umur
8-10 tahun atau kelas 3 SD. Faktor penyebabnya dikarenakan faktor psikologis yaitu
Keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara fungsional sering juga
diistilahkan keterlambatan maturasi atau keterlambatan perkembangan bahasa.
Keterlambatan bicara golongan ini
disebabkan karena keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat
yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Dalam objek
penelitian ini adalah seorang anak laki-laki oleh karena itu gangguan seperti
ini sering dialami oleh laki-laki dan sering terdapat riwayat keterlambatan
bicara pada keluarga.
Dengan melakukan banyak latihan atau
Speech Therapy penderita gangguan gagap dapat mengurangi gangguan gagapnya akan
tetapi berlatih berbicara ini memerlukan waktu yang rutin guna mengoptimalkan
pengobatan yang mereka sedang jalani. Jika dengan cara ini tidak berpengaruh
dalam mengurangi gangguan gagap maka perlu adanya terapi yang secara rutin yang
dilakukan oleh ahli spesialis gangguan gagap, alangkah baiknya jika penderita
gangguan gagap melakukan terapi dengan ahli spesialis gangguan gagap guna
mempercepat dalam mengurangi gangguan gagap.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kami menyarankan kepada
pembaca agar tidak memcemooh orang yang gagap bicara. Ketika kita berada
diantara orang yang menderita penyakit gagap, sebaiknya kita menjadi teman atau
sahabat baginya. Jika kita menjadi orang yang dekat bagi mereka, maka kita akan
menjadi tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan. Dengan demikian, orang yang
menderita penyakit gagap akan menjadi orang yang merasa diperhatikan. Dengan
itu mereka tidak akan merasa menjadi canggung untuk bercampur dengan
masyarakat. Kepada yang mempunyai penyakit gagap, cobalah untuk lebih tenang
dalam berbicara serta mencoba terapi yang bisa menghilangkan penyakit gagap nya
tersebut.
Semoga laporan penelitian orang gagap ini bisa bermanfaat bagi pembaca
serta menjadi referensi atau pun contoh apabila pembaca melakukan penelitian
tentang orang gagap. Laporan penelitian ini masih banyak terdapat kesalahan
baik dalam penulisan maupun dalam merangkai kata, maka dari itu kami mohon
kritik dan saran untuk ke depannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal
Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Press.
Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik
Kajian Teoritik. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Efnida. 2016. gangguan berbahasa gagap bicara. http://efnidaskrb.blogspot.co.id/2016/02/gangguan-berbahasa-gagap-bicara-yang.html. Diakses pada 22 Mei 2016
Hohenberg. 1978. Psycholinguistics:
Language, Mind, and World. England: Longman.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus
Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Robbins, Stephen P.2003.Perilaku Organisasi Jilid 2.Jakarta:
Indeks.
Setiawan, Galih. 2012. Makalah Komunikasi. http://tugasperkuliahannih.blogspot.co.id/2012/03/makalah-komunikasi.html. Diakses pada 22 Mei 2016
Pace, R., Wayne dan Faules, Don F.2006. Komunikasi
Organisasi; strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zakiyah, Nita. (2012). Gangguan Kelancaran Berbicara Gagap. http://niethazakia.blogspot.co.id/2012/10/gangguan-kelancaran-berbicara-gagap.html. Diakses pada 22 Mei 2016
LAMPIRAN
Instrumen wawancara dalam penelitian
1. Sejak kapan anda mengalami gagap?
2. Faktor apa
yang menyebabkan anda menjadi penderita gangguan gagap pada diri anda?
3. Apakah
dengan gangguan gagap tersebut anda mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,
jika ada apakah kesulitannya?
4. Apakah anda
merasa terisolir dilingkungan anda dikarenakan mengalami anda penderita
gangguan gagap?
5. Bagaimana
anda berkomunikasi dengan orang-orang yang berada disekitar lingkungan anda?
7. Apakah orang yang berada disekitar anda memahami apa yang anda
bicarakan?
8. Bagian apa anda sulit mengucapkan dan berkomunikasi dengan orang
lain?
9. Usaha dan pengobatan apa yang anda lakukan untuk
mengatasi gangguan tersebut?
10. Bagaimana
kah keadaan anda sekarang? Apakah anda masih mengalami gagap dalam
berkomunikasi?